Minggu, 15 Agustus 2010

Expo Kal-Teng 2010

Dalam rangka memperingati HUT Propinsi Kalimantan Tengah pada tanggal 21 Juli 2010, pengrajin rotan Katingan juga turut andil memeriahkan Expo Kal-Teng. Hasil karya terbaru berupa tas, furniture dan tikar lampit berbahan dasar rotan menjadi salah satu kerajinan yang menjadi produk unggulan Katingan.

Kabupaten Katingan, Kalteng, Diupayakan Jadi Sentra Rotan

Pelaku usaha rotan Cirebon memang ulet. Kesulitan mendapatkan bahan baku rotan dari Kalimantan, mereka sekarang mulai membangun sentra industri furniture rotan di lokasi penghasil bahan baku rotan, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah (Kalteng), usaha ini mulai dirintis sejak awal bulan Juli 2010 lalu dan mendapat sambutan positif dari Pemerintah Daerah setempat.
Suhermanto, salah satu pelaku rotan Cirebon yang aktif membuka akses di Kabupaten Katingan tersebut mengatakan kedepan sentra furniture rotan tidak lagi hanya ada di Cirebon tapi di luar Cirebon yaitu di Kalteng.
"Katingan akan menjadi Cirebon kedua," katanya.
Saat ini, dia dan delapan orang pelaku rotan tengah membimbing SDM yang tertarik untuk mengembangkan furniture rotan di Katingan tersebut.
Dia menambahkan, upaya itu dilakukan karena mendapatkan dukungan yang baik dari pemerintah kabupaten setempat bahkan mendapatkan kemudahan berbagai fasilitas. Bahkan , kata dia, bupati berkeinginan Katingan harus menjadi sentra industri rotan di luar Jawa.
Lebih lanjut dia mengatakan, upaya memberikan pelatihan kepada warga setempat untuk menghadapi kemungkinan kedepan jika ekspor bahan baku rotan ditutup atau tidak boleh diekspor lagi.
"Kalau ditutup mereka sudah bisa membuat furniture sendiri sehingga bisa ekspor produk mebel bukan bahan baku seperti saat ini."
Cirebon dan Katingan akan menjadi pilihan alternatif bagi calon eksportir mebel. "Tinggal pilih saja mana yang bagus dan murah, hukum pasar."

Pameran Rotan di Expo Katingan

Pameran dan pasar rakyat pembangunan ( Expo Katingan ) dalam rangka HUT Kabupaten katingan ke 8 dan HUT RI ke 65 dilaksanakan dari tanggal 2 Agustus 2010 s/d 7 Agustus 2010 dilapangan Gagah  Lurus diikuti pula oleh PD. Katingan Jaya Mandiri sebagai Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten Katingan yang khusus menangani dan mengolah rotan di Kabupaten Katingan.
Beberapa hasil karya pengrajin rotan Katingan seperti meja, kursi, lemari dan tempat tidur berbahan rotan dipamerkan disini dan mendapat pujian dari masyarakat dan pemerintah.
Bupati Katingan berharap melalui pameran Expo seperti ini masyarakat Katingan juga semakin mengenal dan mencintai hasil / produk daerah.

Kerajinan Tangan Anyaman Rotan Dayak Tembus Pasar Eropa

Kerajinan tangan khas Dayak dari anyaman rotan dan manik-manik yang dibuat oleh pengrajin asal Katingan, Kalimantan Tengah, Theodora Hangin Bang Donggo, berhasil menembus pasar Eropa. "Kerajinan tangan yang dibuat dari anyaman rotan yang dipadu manik-manik, sangat diminati orang Eropa," kata  Theby Langi Sian. Peraih penghargaan Upakarti dari Presiden RI pada 28 Desember 2009 lalu itu mengaku beberapa negara yang menjadi tujuan pemasaran kerajinan tangan produksi CV. Matan (Manik-manik-Rotan) yang dipimpinnya itu antara lain  Jerman dan Australia.

Kerajinan rotan dan manik-manik yang paling diminati di Pasar Eropa dan ekspatriat kata
Theby Langi Sian yakni katat (tempat menyimpan barang berharga) dan pasuk (keranjang). Ini dibuktikan pada saat mengikuti pameran furniture sedunia di Jerman pada tanggal 8-14 Juli 2010 lalu.

Berkat inovasi dan kreatifitasnya memadukan rotan dan manik-manik menjadi katat ,
Theby Langi Sian, meraih penghargaan Seal of Exellence dari UNESCO pada 2007 silam. Bahkan, hasil karyanya juga mendapat penghargaan dari Aburizal Bakrie pada Pekan Produk Budaya Indonesia sebagai anyaman rotan terbaik di Indonesia.

"Itulah yang membedakan kerajinan tangan buatan kami dengan kerajinan tangan lainnya. Kami mencoba memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di pedalaman Kalteng dengan keahlian masyarakatnya yang umumnya pandai menganyam dan kerajianan khas manik-manik khas Katingan," kata
Theby Langi Sian.

Potensi, Pengembangan Usaha dan Pengolahan Rotan di Kabupaten Katingan

Katingan sebagai sentra produksi rotan di Kalimantan Tengah, rata-rata produksi rotan asalan yang dipasarkan keluar dari wilayah Kabupaten Katingan perbulannya mencapai 600 – 800 ton. Lebih dari 51% Rumah Tangga (12.746 KK) atau seluas ± 325.000 Ha wilayah Kabupaten Katingan terdiri dari Kebun Rotan yang tersebar di 10 Kecamatan dengan jenis yang banyak ditanam adalah jenis rotan taman dan irit (Data Base Line TEROPONG, Tahun 2004) dan sesuai data prediksi sementara kepemilikan kebun rotan pada tahun 2008 meningkat menjadi 66% Rumah Tangga (21.778 KK).
Jenis Rotan yang banyak diusahakan masyarakat Katingan, meliputi Rotan Taman (Sega dan Irit), Rotan Marau/Manau dan Rotan Sabutan.

Keberadaan Rotan dalam Kehidupan Masyarakat
Rotan bagi masyarakat Dayak di Katingan berguna dihampir seluruh aspek kehidupan, selain diandalkan sebagai sumber mata pencaharian, rotan juga dianggap mempunyai nilai budaya sampai “Magis” dalam kehidupan sehari-hari. Rotan digunakan oleh orang Dayak dalam setiap acara adat dan keagamaan. Jenis tanaman rotan selalu ditanam pada areal bekas perladangan masyarakat.

Pengolahan Rotan
Pengolahan bahan rotan lokal yang berorientasi pada kerajinan rumah tangga, telah dilakukan turun temurun dengan bentuk pembuatan keranjang, tas, tikar, lanjung, kursi dan lain-lain. Pengolahan bahan rotan yang berorientasi industry, di Kabupaten Katingan telah tersedia dengan jenis alat dan penyediaan bahan baku yang terbatas, yang terletak di Kawasan Industri Hampangen. Hasil olahan bahan rotan yang diproduksi dari kawasan Industri Hampangen berupa barang jadi, oleh Pemerintah Kabupaten Katingan di Instruksi untuk setiap Instansi Pemerintah dan Swasta lingkup Kabupaten Katingan untuk menggunakan bahan mebel jenis rotan yang diproduksi sebagai upaya pemasaran dan promosi produksi hasil Rotan Katingan.

Perdagangan Rotan
Pada umumnya rantai penjualan dan perdagangan rotan dari Petani rotan kepada pengumpul rotan lokal ke pengumpul besar selanjutnya ke Industri Rotan di luar daerah. Perdagangan Rotan Katingan oleh pengumpul lokal dijual kepada para pengumpul besar di Sampit (Kotim), Banjarmasin dan ke Pulau Jawa (Cirebon, Jogjakarta dll). Petani Rotan pada umumnya melakukan pemungutan dan Pemanenan Rotan dari hutan-hutan sekitar tempat tinggal (yang sudah diclaim menjadi milik sebagai bekas perladangan turun temurun) dan kebun-kebun rotan yang ditanam sendiri selanjutnya dilakukan penjualan bebas kepada pedagang pengumpul atau diolah lebih dulu melalui proses peruntihan, pemilahan, pengawetan dan pemutihan (diblerang/sega) dengan tingkat rendeman mencapai 70 - 80%. Harga jual rotan diolah terlebih dahulu memiliki nilai jual yang tinggi dari pada rotan basah yang dijual langsung setelah panen oleh petani rotan.
Produksi dan peredaran Rotan di Kabupaten Katingan, dengan adanya perubahan ketentuan tidak menggunakan dokumen SKSHH untuk dokumen angkutan Rotan sejak Tahun 2006 mengacu pada Permenhut Nomor : P.18/Menhut-II/2006 tentang Perubahan Ketiga Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 126/Kpts-II/2003 tentang Penatausahaan Hasil Hutan, maka sejak saat itu peredarannya tidak dapat termonitor lagi oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Katingan. Kewenangan untuk penerbitan dokumen Angkutan Rotan yang notabe rotan budidaya dalam daerah Provinsi Kalimantan Tengah sesuai Surat Edaran Gubernur Kalimantan Tengah, dikeluarkan oleh Kepala Desa/Lurah dengan bentuk Dokumen SKAB (Surat Angkutan Asal Barang).

Katingan, Pusat Rotan Kalimantan Tengah

Kabupaten Katingan dengan Ibukota Kasongan yang dibentuk berdasarkan UU No. 5 Tahun 2002 memiliki wilayah seluas 17.500 Km2 (1.750.000 Ha) yang terletak pada 112’ 00’ BT – 113’ 45’ BT dan 00’ 20’ LS – 03’ 30’ LS. Dari luas wilayah tersebut, sesuai status fungsi kawasan hutannya terbagi menjadi :
a. Hutan Lindung 48.000 Ha (2,74%)
b. Hutan Produksi Tetap 889.197 Ha (50,47%)
c. Hutan Produksi Terbatas 493.411 Ha (28,19%)
d. Kawasan Pengembangan Produksi 9.012 Ha (5,66%) e. Kawasan Pemukiman dan Penggunaan lainnya
    266.388 Ha (12,94%).

Dengan potensi luas wilayah tersebut, Kabupaten Katingan terus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan potensi-potensi kekayaan alam daerah, yang dapat langsung menyentuh aspek kehidupan masyarakat dengan penekanan pada pemberdayaan petani dan pemilik kedun rotan disepanjang DAS Katingan, selain usaha hasil hutan kayu yang semakin tahun semakin menurun potensinya sebagai akibat dampak illegal logging yang semakin tidak terkendali. Usaha rotan yang dilakukan masyarakat Katingan sejak lama turun temurun telah dilakukan melalui budidaya rotan sebagai sumber mata pencaharian sampingan selain pekerjaab pokok sebagai petani peladang atau hamper 51% (12.746 KK) atau seluas ± 325.000 Ha wilayah Kabupaten Katingan terdiri dari kebun rotan yang tersebar di 10 kecamatan dengan jenis yang banyak ditanam adalah jenis rotan taman dan irit (Data Hasil Base Line Survey Teropong bekerja sama dengan SHK Kaltim, Tahun 2004).
Potensi rotan yang dimiliki tersebut, menjadikan Kabupaten Katingan sebagai salah satu sentra produksi rotan dan penghasil rotan terbesar di Kalimantan Tengah dengan produksi rotan asalan hasil budidaya mencapai 600 – 800 Ton/Bulan yang berasal tersebar dari 10 Kecamatan yang merupakan produk unggulan disamping produk lainnya seperti kayu, damar, karet dan lain-lainnya. Namun usaha masyarakat sebagai petani rotan tersebut mulai menurun dengan semakin tidak stabilnya harga rotan ditingkat petani sebagai akibat adanya larangan eksport rotan keluar negeri dan permainan para tengkulak ditingkat pasar lokal. Keadaan tersebut menimbulkan kurangnya gairah usaha dari petani rotan, walaupun potensi rotan yang dimiliki Kabupaten Katingan sangat besar yang nantinya berdampak pada pengalihan usaha ke bidang usaha lainnya sehingga lambat laun usaha rotan Katingan menjadi menurun yang berakibat pada kurangnya pasokan rotan dunia yang berasal dari Indonesia.
Untuk mengantipasi hal tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah strategis baik oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, Pemerintah Kabupaten Katingan maupun Departemen Kehutanan untuk mempertahan potensi dan produksi rotan, pemasaran rotan dan alih teknologi pengolahan hasil hutan rotan sebagai produk unggulan sehingga Rotan Katingan tetap eksis memiliki nilai jual yang tinggi baik tingkat lokal, nasional maupun internasional. Hal tersebut perlu dilakukan, mengingat hasil hutan rotan yang ada saat ini memiliki potensi untuk dikembangkan, dengan pertimbangan :
a. Menguasai 80% pasokan dunia;
b. Banyak menyerap tenaga kerja;
c. Memberikan nilai tambah;
d. Memerlukan tumbuhan rambatan yang memperbaiki tutupan lahan;
e. Tidak memerlukan peralatan yang mahal dalam proses pemanenan/produksi;
f.  Usaha ramah lingkungan.

Komoditi Rotan Indonesia

Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia, diperkirakan 80% bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia, sisanya dihasilkan oleh Negara lain seperti : Philippina, Vietnam dan negara-negara Asia lainnya.
Daerah penghasil rotan yaitu P. Kalimantan, P. Sumatera, P. Sulawesi dan P. Papua dengan potensi rotan Indonesia sekitar 622.000 ton/Tahun.
Kalimantan sebagai pulau penghasil rotan terbesar di Indonesia dibandingkan pulau lainnya selama ini hanya berperan untuk menghasilkan rotan mentah, untuk kemudian dikirim ke pulau Jawa terutama Cirebon untuk kemudian diolah menjadi furniture ( bahan jadi ).  Kini sudah saatnya Kalimantan berusaha untuk bangkit dan bukan hanya sebagai penghasil rotan saja, tetapi juga mampu mengolah rotan menjadi furniture sendiri.
Dan telah diakui oleh dunia bahwa salah satu rotan terbaik Indonesia diperoleh dari Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.